Rabu, 23 November 2016

Suka Cerita Sex Ingin Menolong Fanny



WWW.381BET.NET -  Fanny dia adalah model majalah di salah satu kota Jakarta, dengan wajah yang cantik umur yang masih belia, banyak orang yang sering merhatikan dia, dengan buah dada yang aduhai, bundar dan berisi, jika pertama melihat Fanny pasti yang membuat penasaran adalah buah dadanya sungguh mempeseona memang dia, pertama kenal dengan Fanny melalui email dan langsung kita bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam.
Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Fanny senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Fanny di rumahnya.

Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Fanny, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum.

Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Fanny mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?

Sepanjang perjalanan pulang Fanny berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.

Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Fanny, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya.

Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya.

Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Fanny yang duduk terdiam. "Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor", perintah Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota.

Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Fanny dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Fanny. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.

Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata,

"Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu." Sersan tadi menimpali, "Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!" Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Fanny yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.

Mereka lalu membuka sel Fanny dan masuk ke dalam. "Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!" Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Fanny sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Fanny ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Fanny berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Fanny yang terus dipegangi oleh Sersan.

"Wow, lihat dadanya." Fanny terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Fanny, melemparkan tubuh Fanny hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Fanny. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Fanny ke rangka di atas kepala Fanny.

Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Fanny. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Fanny, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Fanny mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Fanny, sedangkan Fanny hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.

Saya berdiri di dalam sel di seberang Fanny tak berdaya untuk menolong Fanny yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Fanny.

Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Fanny menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.

"Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira." kata Polantas.

"Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!"

"Dia pasti sempit sekali", kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Fanny.

Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Fanny menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.

"Betul kan, masih sempit sekali."

Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Fanny. Kemudian mereka membuka kaki Fanny lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Fanny. Fanny mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Fanny.

Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Fanny, mengelus-elus wajah Fanny dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Fanny menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.

"Ayo dong manis, buka mulut kamu", kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Fanny.

"Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?" Fanny tak bergeming.

"Buka!" bentak Sersan.

"Buka mulut kamu, brengsek!" Perlahan mulut Fanny terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Fanny.

Mulut Fanny terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Fanny, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Fanny, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Fanny.

Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!" Fanny membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Fanny, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Fanny.

"San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!" Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Fanny dan Polantas berjongkok di dekat wajah Fanny. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Fanny.

Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Fanny yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Fanny. "Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya."

Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Fanny, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Fanny. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Fanny. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.

"Saya keluuarrhh. Aaahh!" Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Fanny, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Fanny, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya.

Saya mendengar Fanny berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Fanny meronta-ronta berusaha mencari udara.

"Iyya.. yaah! Telleen semuaa! Aaahh.. aahh.. nikhmaatt!"

Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Fanny langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Fanny berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Fanny terbatuk-batuk,

"Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!"

Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Fanny sekarang malah memegang pinggul Fanny dan membalik tubuh Fanny. Fanny dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya.

"Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan.."

"Aaahkk! Jangaan!"

Fanny menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Fanny pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Fanny.

Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Fanny. Fanny terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Fanny hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.

Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Fanny menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Fanny.

Sersan tidak peduli mendengar Fanny berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Fanny tanpa henti.

Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Fanny, kemudian menyembur ke pantat Fanny dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Fanny lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Fanny.

Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Fanny dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, "Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!"

Dini hari, ketika Fanny kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Fanny. Mereka menendang tubuh Fanny agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi.

Sekarang Polantas menyodomi Fanny sementara Sersan berbaring di bawah Fanny dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Fanny. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Fanny dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Fanny.

terus berganti posisi dan Fanny terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Fanny yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.

Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.

"Kalian boleh pergi."

Saya membantu Fanny mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Fanny. Kemudian saya membersihkan tubuh Fanny dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, "Jangan Pak, ampun Pak, sakit.. ampuunn.. sakiit..".

0 komentar:

Posting Komentar